Kamis, 28 Januari 2016



Di sebuah kota yang terkenal dengan ke ramah tahamahannya. Disinilah gadis itu tinggal, hidupnya yang sederhana membuat ia berfikir untuk fokus menatap masa depannya. Menutup hati untuk segala wujud cinta. Bukannya menolak sebuah perasaan yang sudah tuhan berikan. Hanya saja ia berfikir semua ada waktunya. Perasaan sayang dan cinta ia tutupi dengan topeng yang bernama PERSAHABATAN J walau itu membuat ia tak terlihat. HARUNO SAKURA
.
.
.
THE MASK
Disclaimer : masashi kishimoto
Author : iki-chan
Genre : drama , romance, hurt, comedy.
Pairing : sasusaku
Rate : K+/T
Chapter : 1
Warning : banyak sekali typo, mungkin juga membosankan. Ff lamaku yang terbengkalai dan baru di lanjutkan setelah selesai hiatus. Memungkinkan banyak kesalahan. Sebelum anda menyesal, lebih baik tk usah membacanya! .

2 tahun yang lalu...
“ kaa-san.. hikss.. kaa-san! Bangunlah! Kumohon..”
‘kami-sama.. jangan kau ambil kaa-san ku. Selamatkan lah dia’

Ketukan jarum jam dengan suara tangisan detik demi detik nya kian menyatu. Di musim yang konon menciptakan kehidupan baru bagi para penghumi alam semesta, justru tak berpihak pada gadis berusia 15 tahun ini. musim yang memberikan kehidupan, justru merenggut kehidupannya. di musim ini lah ia harus melihat orang yang sangat dicintainya pergi untuk selamanya.

gadis cantik yang kini tengah berlutut, seraya memeluk jasad sang ibu itu terus menangis tiada henti, seolah hanya dia lah yang patut bersedih untuk semua ini. jari mungil nan panjang itu menyapu bekas darah yang tertinggal. Sungguh ia tak rela melihat sang ibu di perlakukan seperti ini oleh beberapa orang yang menagih hutang.

Haruno sakura. Nama gadis itu, sifatnya yang periang ternyata membuatnya tidak peka dengan keadaan. Bahkan setiap kali ia merasakan ada yang ibuya tutupi segera ia tepis saat melihat sudut bibir ibunya terangkat, hingga seperti ini lah akhirnya. Sang ibu harus mati ditangan penagih hutang yang tidak ia ketahui sebelumnya.

“kenapa kau menutupinya dariku, kaa-san!! Aku bahkan tidak tahu bahwa selama ini aku hidup dengan uang pinjaman! Andai aku tahu.. hikss aku akan membantumu kaasan. Kau tidak akan menjadi seperti ini!”
 sakura terus meracau seraya mengguncang-guncang tubuh kaku itu, berharap dengan begitu ibunya akan terbangun kembali, perlahan ia bangkit dan memidahkan jasad sang ibu ke atas kasur yang reot di makan waktu.
 “aku berjanji... aku akan merubah hidupku untukmu kaa-san, aku akan menjadi anak yang patut dibanggakan. Hidup tentram dimana tak akan ada lagi yang meganggap aku rendah, semua akan menganggapku ada! Peganglah janjiku ini. aku berjanji atas namamu... kaa-san.. aku akan mewujudkan itu semua”
@@@@@@@@@@@@@@@@@@

“ohayou...”
“ohayou sakura-chan”
“oh .. hai sakura!”
Begitulah setiap harinya. Sapaan dari anak seisi dekolah selalu tertuju padanya. Gadis cantik nan cerdas ini kini selalu menjadi kebanggaan sekolah. Membawa banyak piala dan penghargaan adalah kegiatan rutin yang di tekuni nya, bahkan semua orang disini sangat menyukai gadis itu. Selain parasnya yang menawan, hatinya pun seputih kapas.
Sakura berjalan manuju kelas denga senyum diwajahnya, selalu seperti itu.
“sakura, ohayou..”
“ohayou ino” jawab sakura. Ia mulai mendudukan dirinya tapat disebalah gadis pirang itu.
“kau terlihat bahagia hari ini, ada apa.hm?” ino menyenggol pelan sakura dengan sikutnya, membuat sakura sedikit mengaduh atas tingkahnya.
“hm, aku berhasil memenangkan sains nasional, ino” ucapnya antusias, sakura meraih tangan sahabatnya itu. Seolah mencari pegangan saat perasaannya terbang. Bagaimana tidak? ia sekali lagi memenangkan lomba itu. Untuk semua yang di dapatkannya, hanya ada satu nama yang selalu ia harapkan muncul saat penyematan hadiah. Ibu.
“lagi-lagi menang, kapan kau akan kalahnya. Sakura...” ino tersenyum jahil. Sedangkan sakura merenggut saat ino mengatakan itu.  Sedetik kemudian tawa pecah antara keduanya.






DANGO
Chapter 2
Genre : Romance, Comedy, Friedship, Hurt.
Rated : T
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuSaku
Warning : Typo dimana-mana, humor yang garing, bikin jenuh, dll
Author : Iki Katsumi

DON’T LIKE DON’T READ....!

20 menit sebelumnya...

Gadis bersurai panjang itu tersenyum melihat lelaki berperawakan tegap itu menemukan bento yang sengaja di letakkan untuknya. Hatinya berbunga saat satu persatu telur gulung itu masuk kedalam mulut Sasuke. Tak erasa sudah 10 menit lamanya ia menunggu Sasuke menemukan bento nya itu, bento yang ia siapkan sengaja hanya untuk Sasuke akhirnya sampai pada si penerima. Sementara senyumnya yang masih mengembang, ia memutuskan untuk pergi melanjutkan kegiatannya, berusaha merasa cukup dengan hasil yang diharapkannya.

BACK TO STORY

“Ah!”
Sasuke melihat Sakura reflek karena terkejut oleh teriakan Sakura yang tiba-tiba.
“APA?! Tak bisakah kau tidak mengagetkanku sekali saja?”
“Eh.. ayo lanjut kan makanmu Sasuke”

Sasuke sweatdrop mendengar itu. Entah berapa kali Sasuke dibuat geram akan kepolosan Sakura yang berlebihan. Tak ada cara lain selain pasrah seraya mengelus dada, meratapi kesialannya yang bisa-bisanya bersahabat dengan makhluk seperti Sakura.
“Apa saja yang kau lakukan sampai-sampai kau menjadikanku jamur saat menunggumu” tanya Sasuke seraya mengelap sisa makanan di bibirnya , setelah selesai  dengan bento yang ditemukannya tadi. Sasuke begitu menikmatinya, bahkan Sakura yang dari tadi berada tepat di dekatnya hanya di perbolehkan melihatnya makan. Ckckck kejam memang.
“ Tentu saja aku membersihkan aula. Memangnya apa lagi. Heh? Andai saja kau ikut membantu ku, kau tidak akan menunggu sampai jamuran seperti apa katamu tadi.” Balas Sakura sinis “Dan sebenarnya itu memang harus! Jelas-jelas kau yang salah” lanjut Sakura.
“ Kau pikir enak menunggu? Sedari tadi aku di jatuhi daun daun kering itu! “ Sasuke menunjuk daun kering yang berguguran dari dahannya. “Itu juga! Itu! Itu dan itu! Mereka selalu saja menimpa kepalaku,”
Setelah selesai dengan argumen nya yang terkesan kekanakkan tadi, Sasuke melirik Sakura yang kini tengah memperhatikannya dengan tampang konyol, mulut yang terbuka dengan mata tanpa ekspresi. Ternyata Sakura salah besar jika membenarkan perkataan Sasuke yang mengatainya bodoh. Buktinya Sasuke tak kalah bodoh dengannya. Tepatnya kekanakkan.
“Tingkahmu konyol dan kekanakkan Sasuke” Sakura mengatakannya masih dengan posisi dan ekspesi yang sama. Ingin sekali ia menertawakan Sasuke karena tingkahnya tadi, sungguh ia harus mati-matian menahannya.
Beruntung memang, bisa melihat Sasuke yang sebenarnya, walau begitu ada juga keluhan Sasuke yang membuatnya merasakan lagi getaran di hatinya. ‘kau pikir enak menunggu?’ hah, harusnya ia yang berkata itu pada Sasuke. Walau dengan arti yang lain.
“Cepatlah. Sampai kapan kau akan disini”
“Ya ya, tunggu aku” Sakura berlari mengejar Sasuke dan berusaha mensejajarkan langkahnya yang pendek dengan langkah Sasuke yang jauh lebih lebar darinya. Sakura jadi teringat saat Sasuke menyuruhnya mengganti kakinya dengan kaki bebek. Apa maksudnya? Tentu saja kaki Sakura lebih baik dari pada kaki bebek. Memikirkan itu membuat Sakura kesal sendiri.
Jika setiap kejadian itu disusun satu persatu, mungkin beginilah yang terjadi. Sasuke yang menyuruhnya membersihkan aula sendiri, sementara ia diam. Bahkan ia tak membagi bento nya pada Sakura, taukah kau Sasuke? Arti diam dari seorang gadis itu adalah ia tak ingin memulai lebih dulu. Tapi mengingat Sasuke tidak mungkin berpikir seperti itu seharusnya ia tadi meminta langsung saja pada Sasuke. Dan dengan seenak jidat ia menyalahkannya karena telah lama menunggu. Sebenanya yang patut marah itu siapa?!
Setelah memikirkan kejadian tadi, Sakura hanya bisa pasrah karena tidak dapat berbuat apa-apa. Jika diibaratkan air, maka gambaran yang tepat untuknya adalah air yang mendidih dan menimbulkan suara yang sangat nyaring.
Dan akhirnya mereka pun kembali ke kelas dengan rasa kesal masing-masing di hati mereka. Tapi tak seharusnya mereka kembali bersama,mereka tidak tau apa saja yang akan dilakukan seseorang jika melihat keduanya berjalan beriringan.
“Hoy! Sasuke! Sakura! Bagaimana dengan hukuman kalian? Hahaha aku tak yakin kau menjalankan hukuman itu, Sasuke” Naruto menghampiri mereka di koridor saat akan menemui Tsunade-sensei. “Memang” jawab Sakura lirih. Tapi tetap saja Sasuke mendengarnya. Deathglare nya ia arahkan pada Sakura sehingga membuatnya bungkam.
“Hahahaha sudah ku duga! Baiklah, aku akan menemui Tsunade-sensei sekarang. Kalian segera lah ke kelas, jika tak ingin kena hukum oleh Anko-sensei” Sasuke dan Sakura berlalu setelah Naruto mengatakan itu. Untuk apa Naruto menemui Tsunade?
Ntah, mungkin ia melakukan kesalahan lagi.
Sesampainya dikelas, mereka segera menempati kursi mereka masing-masing. Baru saja mereka bisa bernafas lega karena hukumannya telah selesai, tapi ternyata Anko-sensei sudah menghampiri mereka lagi. Amarah terlihat jelas di wajahnya.
“Sasuke! Sakura! Apa kalian sudah menyelesaikan hukuman itu?”
“Ha’i sensei. Kami sudah membersihkannya” jawabnya seretak.
“Lalu mengapa bisa aku mendengar laporan bahwa kalian tidak membersihkannya. Beberapa penjaga sekolahpun melihat aula itu masih persis seperti asal. Tidak ada perubahan. Sebenarnya apa saja yang kalian berdua lakukan disana?”
“Aku- maksudku kami sudah membersihkannya sensei” Sakura mencoba menjelaskan bahwa yang dikatakanya itu benar. Mana mungkin ia melanggar perintah sensei yang terkenal garang itu. Memang Sakura akui ia sempat pergi sebentar, tapi tentu saja setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Sementara Sasuke? Ia hanya berdiam diri karena memang sebenarnya ia tidak ikut membantu Sakura membersihkan tempat itu. Sakura melirik Sasuke dengan tanda tanya dikepalanya. Tapi yang di liriknya hanya menggendikkan bahu tak tahu.
“Lebih baik kalian ikut denganku”

Tidak mungkin! Setelah sampai di tempat itu mereka memag menyaksikan tempat itu masih persis seperti semula. Kotor dan kacau, tak ada tanda-tanda perubahan dari tempat itu.
“Sebenarnya apa saja yang kau lakukan dari tadi, Sakura” bisik Sasuke penuh penekanan di setiap katanya. sasuke geram, karena menurutnya ia harus mengulang hukumannya itu akibat sakura. Sementara sakura sendiri masih shock dengan apa yang dilihatnya. Satu kalimat yang kini berkelibatan di benak sakura. BAGAIMANA BISA???


TBC .
Jya! Akhirnya chapter 2 selesai aku bikin :v setelah sekian lamanya aku nunggu2 waktu senggang seperti ini. dan akhirnya aku kembali dari hiatus ku. Wkwkwk.. bagun dari hiatus membuatku punya banyak hutang *curhat* #plakk tapi akan aku cicil, agar seperti dulu lagi.......
Semoga gk bsen baca ya, aku tau cerita ini super gj, tapi aku akan memperbaikinya lagi... apalagi kalau ada yang kritik. Ok.. mohon bantuannya :D                                                                                                                                       





Re-post !
Ff ini baru selesai ku revisi. *ceilah* dan asal readers tau, ini ff ku yg trtunda. Hwahahahaa  #plakk

DANGO
Chapter 1
Genre : Romance, Comedy, Friedship, Hurt.
Rated : T
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : SasuSaku
Warning : Typo dimana-mana, humor yang garing, bikin jenuh, dll
Author : Iki Katsumi

DON’T LIKE DON’T READ....!

Summary:
Aku hanya ingin terlihat olehmu. Meski kau sulit ku raih ... tapi setidaknya dengan senyum aku bisa bersamamu.
.
.
.
.
Aku megaguminya... menyukai. Mencintai??? Entahlah ... hanya saja aku selalu ingin bersamanya, ia sangat sulit ku raih, Apa bisa itu disebut cinta? Tapi aku tak bisa meraihnya. Aku dan dirinya... bagaikan langit dan bumi.


“Hei cepatlah. Waktu terus berputar asal kau tahu” Sasuke mempercepat langkahnya seraya terus mengomel pada Sakura yang berjalan tepat dibelakangnya.
“Kau! Tunggu aku. Bukankah kau yang membuat kita terjebak dalam kondisi seperti ini? kalau saja kau bangun lebih awal, semuanya tidak akan begini Sasukeee!!!” teriak Sakura seraya terus mengejar Sasuke, berusaha mensejajarkan langkahnya.
“Semua akan tetap baik-baik saja jika langkahmu itu bisa lebih cepat” sahut Sasuke dingin, berjalan dengan setengah berlari.
“Lalu aku bisa apa dengan kaki ku ini?”
“Hn, ganti saja denga kaki bebek”
“Apa kau bilaaaang?????!”

PLETAK

DUAGH
“AARGGHH” jerit Sasuke frustasi sekaligus kesal. Lemparan Sakura memang selalu tepat sasaran
.
.
.
.
.
“Ha’i sensei” ujar mereka berdua bersamaan
.
.
.

“ Ini semua salahmu” Sasuke mengambil kain yang terserak dibawah, lalu ia masukkan kain itu bersamaan degan cairan pembersih.
“Seharusnya aku yang bilang seperti itu padamu Sasuke!” Sakura balas menyalahkan. Ia menyambar dengan kasar kain yang berada di tangan Sasuke. Sedangkan sasuke hanya membalasnya dengan tatapan tajam.
“Kalau begitu. Lakukanlah sendiri” ia mulai meninggalkan Sakura sendiri di aula. Membebankan semua hukuman untuk membersihkan seisi aula padanya.

Entah mengapa Sakura hanya bisa diam saja ketika melihat Sasuke sudah seperti itu. Sejujurya tingkahnya selama ini yang selalu memancing amarah Sasuke hanya untuk mengambil perhatiannya. Sakura hanya ingin Sasuke membalas setiap perkataannya  walau yang keluar selalu ejekan bahkan hinaan. Ia sudah biasa diperlakukan seperti itu, setidaknya Sasuke hanya bertingkah seperti itu padanya, ia lah satu-satu nya yang bisa membuat Sasuke nyaman. Walau dengan kata lain Sakura pun harus siap menerima saat Sasuke sedang senang.... ya, senang ketika bersama wanita lain.

Sakura hanya salah satu gadis yang mencintai Sasuke dari ratusan gadis diluar sana yang menjelma menjadi seorang sahabat yang selalu menunjukkan rasa tidak tertarik pada Sasuke, sebenarnya... bukan tak ingin. Hanya Sakura sadar diri dengan fisiknya yang kalah cantik. Ia juga takut bila Sasuke mengetahui perasaan itu, sasuke meninggalkannya.

“Terserah kau sajalah” ucap Sakura lirih. Ia mulai membersihkan lantai dan jendela yang kian hari kian tertutup debu dan rapuh karena di makan waktu.
1 jam berlalu. Sasuke menunggu sakura yang sepertinya tak berniat untuk keluar. Selama itu pula ia tidak akan bisa bebas.  Semua tanggung jawab diserahkan sensei pada sakura. Maka dari itu, ia tak kan bebas dari hukuman jika sakura belum melaporkan pekerjaannya. Tidak kelas, tidak juga kantin.
“Tch, sebenarnya apa saja yang gadis itu lakukan. Dasar bodoh” umpatnya. Sasuke  memainkan daun yang tiba-tiba berguguran di belakang aula. Bahkan ini belum waktunya musim gugur, tapi daun itu sudah berguguran saja sebelum waktunya. Langkah panjangnya terus berjalan menelusuri seluk beluk halaman belakang aula yang kini semuanya telah tertutup oleh daun kering. Akhirnya langkah itu terhenti. Ternyata ia melihat bento tanpa pemilik yang terletak di atas bangku taman, bento itu  dibungkus dengan kain merah marun yang cantik. Diedarkan pandangannya ke sekeliling, mencoba mencari siapa pemilik bento itu. Tak ada. Ia tak menemukan siapapun disini. Tentu saja, ini adalah jam pelajaran berlangsung. Kini seringai  tercetak dibibir sexy nya saat melihat isi bento itu. “Kebetulan” gumamnya.
 Ternyata ada yang meninggalkan bento lengkap denga isinya. Sasuke heran, siapa yang meninggalkannya disini. Isinya pun masih utuh dan tidak basi. Sepertinya bento itu sengaja ditinggalkan seseorang. Sudahlah, bahkan ia tak memperdulikan lagi pemikiran-pemikiran tentang siapa pemilik bento itu. Segera di lahap nya bento itu dengan nikmat. Sebelum hal yang mengejutkan terjadi.

“HOI SASUKE?!!!”
“Ehm. Uhukk..”
“Eh?? Ada apa?” Sakura bertanya dengan tampang polos nya.
“Uhukk..uhukk... a-i..rrr” sasuke berusaha menjelaskan saat ia tersedak oleh makanan.
“Eh? Ini Sasuke. Ambilah” Sakura menyodorkan botol minuman pada Sasuke. “Bagaimana? Lebih baik?. Hhhh... untung saja ada aku yang memberimu minum Sasuke” ucap sakura dengan wajah lega dan bersyukur.

PLETAK

Satu perempatan muncul di dahi Sasuke saat mendengar perkataan Sakura.
“JUSTRU KAU YANG MEMBUATKU TERSEDAK. BAKA!” Sasuke membentak Sakura yang masih menatapnya iba.
“Eh?? Aku kau bilang?” Sakura memasang wajah berfikir “Benarkah???”

Sudahlah, Sasuke tidak ingin memperpanjang ini semua. Ia tahu jika bodoh Saku kambuh, percuma ia menjelaskan apapun Sakura pasti akan tertawa(?) akhirnya.

“Ah!”
Sasuke melihat sakura reflek karena terkejut oleh teriakan sakura yang tiba-tiba.
“APA?! Tak bisakah kau tidak mengagetkanku sekali saja?”
“Eh.. ayo lanjut kan makanmu Sasuke”

Sasuke sweatdrop mendengar itu. Entah berapa kali sasuke dibuat geram akan kepolosan sakura yang berlebihan. Tak ada cara lain selain pasrah seraya mengelus dada, meratapi kesialannya yang bisa-bisanya bersahabat dengan makhluk seperti sakura.




SKIP!
     Hai sahabat pembaca setiaku! Maaf aku baru posting sekarang, habis baru beres UN...
Semoga kalian mau mendoakan aku ya, supaya lulus dan bisa masuk sekolah yang aku tuju! Aminn.
Ok deh kawan aku mau posting dua chapter sekaligus nih... semoga kalian suka ya!!
 summary :

Aku mungkin bisa merasa bahagia sekarang, setidaknya sampai Cita mengetahui yang sebenarnya. Tapi ku usahakan itu tidak terjadi, meskipun harus aku yang menelan semua kepahitan itu.....             

TERNYATA AKU SALAH
Chapter 5
.
.
.
.
.

      Kringgg!!!
Bel masuk sudah berbunyi, itu berarti waktunya para peserta untuk pulang ke rumah masing masing. Begitu juga aku yang langsung pulang dengan sepedah kesayangan ku. Tapi ditengah perjalan aku melihat cita yang sedang menghampiri ka ragil dengan motornya. Kulihat dari jauh, sepertinya mereka sedang membicarakan hal serius yang terkadang diselingi canda tawa dari keduanya,.

“kak ragil kenapa bisa sama cita?” gumamku

Tapi tiba tiba....
TTIIINN...TIIN.. (suara klakson)
“aaaaa... “ jeritku. Ternyata dibelakang ada mobil yang merasa jalannya terhalangi olehku. Akupun segera memindakan sepedahku ke pinggir.

Tapi sial, kak ragil terlanjur melihatku. Dan segera menghampiriku bersama cita.

“saraah kamu gak papa kan? tadi kamu kenapa bisa di klaksonin gitu?” tanya kak ragil cemas. Ya, aku tahu gimana perasaan kak ragil saat ini, dan diapun membantu aku berdiri.
“gak papa kak, Cuma lengah sedikit tadi. Lagian gak ada yang luka kok.” Jawabku sambil tersenyum.
“gak papa gimana? Sikut kamu berdarah cita!” kak ragil langsung mendudukanku di pinggir jalan.
“heii hei.. maaf aku gak sengaja” ucap seseorang yang keluar dari mobil. Dan ternyata itu tio.
“kamu tuh gimana sih tio! Tau jalanan bukan punya kamu sendiri.. kenapa ugal ugalan sih! Lihat apa yang kamu lakuin ke Saraah!” bentak kak ragil
“ya ya maaf, kan gk sengaja, lagian kenapa juga dia diem ditengah jalan gitu!”
“udah udah gak papa kok, Cuma luka kecil juga lagian aku yang salah. Maaf ya kak tio” ucapku

Tapi kulihat dari tadi cita Cuma diem aja, dia juga gak mau bantuin aku bangun. Kenapa dia? Apa karena aku udah ngerusak acara ngobrol dia sama kak ragil ya?

“ya udah, kalau gitu aku traktir makan deh. Buat ganti rugi nya, kamu gk papa kan kalo aku ajak makan, sarah?” usul kak tio
“ia ayo kak. Aku juga laper, hehe”
“masih bisa ketawa ya kamu!” ketus kak ragil sambil mengerucutkan bibirnya
“ya udah ayo! Kita pergi. Kamu sama aku sarah” ajak kak tio
“gak, tadi aja kamu ugal ugalan! Mending kamu sama aku aja sarah”
“gak usah kak, biar cita yang sama-“
“gak, aku sama kak tio aja. Bolehkan ka? Aku simpan aja motor aku sama sepedah sarah disekolah, nanti biar sopir dirumah yang nganterin sepedah sarah” ucap cita
“ya udah boleh aja sih. Jadi kita berangkat sekarang!”

DI PERJALANAN

Aku senang lagi lagi bisa dibonceng kak ragil. Tapi aku juga ngerasa bersalah kie cita. Aku seperti udah ngerusak moment bahagia dia, ... dan gak begitu lama aku terdiam. Ternyata kak ragil mengajakku bicara

“sarah, apa masih sakit?” tanyanya sambil melirikku di kaca spion.
“gak kak, udah enggak, Mm.. tapi kak, boleh gak aku minta turun disini? Biar cita aja yang bareng sama kakak. Aku kaya udah bikin moment dia sama kakak hancur deh.” Jawabku hati hati, aku takut kak ragil kesinggung.
“maksud kamu apasih sarah.. kamu gk suka aku boncengin?”
“bukan gitu kak,... aku kan Cuma gak enak sama cita.”
“ya udah..” jawab kak ragil. Dia langsung mengepinggirkan motornya, dan segera menyuruh kak tio berhenti.

“tio! Berhenti! “ seru kak ragil
“apa sih? Nyuruh berhenti tiba tiba gitu? Keluh kak tio
“ini. Suruh sarah naik mobil kamu aja tio, dia kayaknya lebih baik sama kamu.”
“ya udah, biar cita sama sarah aku yang bawa”
“eeehh gk kak, cita sama kak ragil aja!!. Ia gak cit?” ucapku, sambil tersenyum jail
“i...iya deh boleh,” ‘makasih udah pengertian sarah’ bisiknya


Aku tau yang kamu mau cita
Aku juga tau apa yang kamu rasakan
Aku memang bukan orang kuat yang bisa
Menyembunyikan perasaanku
Tapi setidaknya aku bisa menjaga
Persahabatan kita...


RESTAURANT
.
.
.
Aku,kak ragil, cita dan kak tio sedang memesan makanan sekarang, kami menunggu pesanan kami datang sambil ngobrol bersama. Aku juga ngelihat kak ragil sedang bercanda ria sama cita. Sakiit memang, tapi ini semua kan kemauan aku. Aku harus bisa nerima semua ini,. Dan kulihat sebelahku, ternyata kak tio merhatiin aku. Mungkin dia tau apa yang aku rasain.

“hahah,.. ii kak ragil jahil. Eh, kak mau foto bareng gk? Buat kenang-kenangan gitu! Kapan lagi kita jalan bareng.” Antusias cita
“iya cit boleh aja, “ jawab kak ragil. Sepertinya kak ragil lupa kalau ada aku disini, kalau aku pacarnya, yaah meskipun gk ada yang tahu.
“saraah!! Boleh tolong fotoin aku sama kak ragil?” tanya cita membuyarkan lamunanku
“e..eh ia cit, boleh” ucapku dengan senyum yang dipaksakan.
“satuuu duua tiiiga,.. “ hitungku saat mulai memotret mereka berdua
“waaahh kak! Bagus hasilnya. Aku yang simpan ya!”
“ia, bagus. Kamunya juga cantik cita”puji kak ragil

DEGG!

Sakiiit, hati ini sakit ketika mendengar pujian kak ragil buat cita. Aku gak rela kalau gini terus. Aku emang bisa pura pura tersenyum. Tapi tetap aja aku merasakan akibatnya. Sungguh kalo bisa aku lebih baik pulang sekarang juga!

“kamu kenapa sar?” tanya kak tio “kok kya yang sedih siih? “
“masasih kak? Perasaan aku seneng deh sekarang! Kan kaka ajak makan!” kilah ku
Ta beberapa lama...
Dddrrrt... ddddrrrt hp ku bnyi, ternyata ada pesan masuk dari nomor yang gak dikenal
‘gak usah bohong.. aku tau apa yang terjadi antara kalian bertiga!’ isi pesan itu.
Dan aku melihat ke kak tio. Ternyata kak tio sedang menunjukan sms nya. Jadiii.. itu sms dari kak tio? Tau dari mana dia nomorku.
Secepatnya juga aku balas sms kak tio, ‘aku gak bohong kak, aku seneeeng banget.’
‘kamu pintar akting ya?, aku tau kamu cemburu kan sama mereka berdua?’
‘gak kok! Aku kan kuat, hhe’ balasku sambil tersenyum ke kak tio
‘iyalah terserah kamu aja.’
Aku hanya membalas pesanku dengan senyuman.

Dan akhirnya pesananku datang juga, aku Cuma pesan jus jeruk doang. Karena tadi aku gak ngerasa terlalu lapar, tapi tiba-tiba perutku sakit. Mungkin maghku kambuh, semakin lama rasanya malah tambah sakit... sampai aku gk bisa nahan lagi.

“aahh..” ucapku lirih, tapi aku yakin suara ku itu masih bisa didengar mereka.
“kamu kenapa” tanya kak ragil
“gak papa!” jawabku ketus
“tapi muka kamu pucat sarah!”
“aku gak papa kak..” jawabku. Tetap aku gk boleh keliatan lemah didepan dia. Akukan kuat
“kamu juga keringat dingin sarah” seru kak tio “kamu sakit? Kita pulang aja ok?
“ia kak.. ayo.” Aku menyerah sekarang. Sakitnya tambah parah
“aku duluan ragil, cita!” pamit kak tio
Baru aku melangkah beberapa langkah.
BRRUK ! pandangan ku mengabur, dan lama lama menghitam

tbc

Hahaha selesaiii.. aku hutang chapter 6 ya sama kalian, pembaca setia.
Daaaah jangan lupa pilih moment yang kalian suka di bagian paling bawah cerpen ini ya...
Juga klik gambar (g+) dibawah,,...
Please (mohon)